Kamis, 22 September 2011

Kisah cinta khalifah Ali inilah yang membangkitkan semangat cintaku.

  

“Cinta itu,mengambil kesempatan,atau mempersilakan yang lain”

     Ali Bin Abi talib waktu itu ingin melamar Fatimah, putri nabi Muhammad SAW. Tapi karena dia tidak mempunyai uang untuk membeli mahar, maka ia membatalkan niat itu. Ali segera berhijrah untuk bekerja dan mengumpulkan uang. Pada saat Ali sedang bekerja keras, ia mendengar khabar kalau Abu Bakar ternyata melamar Fatimah. Wah, bagaimana agaknya perasaan Ali, wanita yang sudah dia inginkan dilamar oleh seseorang yang ilmu agama nya lebih hebat dari dia. Tetapi Ali tetap bekerja dengan giat.

Lalu setelah beberapa lama Ali mendengar kabar kalau lamaran Abu Bakar kepada Fatimah ditolak. Ali tertegun dan sedikit bergembira tentunya, kata Ali “waah, saya masih punya kesempatan ”. Setelah mendengar khabar itu, Ali bekerja lebih giat lagi agar cepat mengumpulkan uang dan segera melamar Fatimah. Tapi tak lama setelah itu, Ali mendengar khabar kalau Umar Bin Khatab melamar Fatimah. Wah, sekali lagi Ali mendahulukan orang lain, bagaimana perasaanya? Tapi tak berapa lama Ali mendengar kalau lamaran Umar bin Khatab ditolak. betapa senangnya Ali, mendengar khabar itu.

Tapi tak lama kesenangan itu kembali pudar Karena terdengar khabar lagi, ternyata Usman bin Affan melamar Fatimah. ini sudah yang ketiga kalinya, kata Ali “mungkin kali ini diterima. Kalaulah Usmantidak melamar Fatimah secepat ini, InsyaAllah tidak lama lagi saya akan melamar Fatimah, tapi , apa hendak dikata , adakah mahu mengalah?
Dan sekali lagi, tidak berapa lama dari itu, khabar ditolaknya lamaran Usman bin Affan pun terdengar lagi, betapa bahagianya Ali. Semangat Ali untuk melamar Fatimah pun berkobar lagi, dan semangat itu didukung oleh sahabat2 Ali. Kata sahabat nya “pergilah Ali, lamar Fatimah sekarang, tunggu apa lagi?? kamu kan sudah bekerja keras selama ini, kamu juga sudah mengumpulkan harta dan cukup untuk membeli mahar. tunggu apa lagi??? Tunggu yang ke4 kalinya??? baik cepat!!!”

Dengan segera Ali memeberanikan diri untuk menghadap ke Nabi Muhammad S.W.T dengan tujuan melamar Fatimah, dan apa jawabannya ??? LAMARANNYA DITERIMA!!!

Oh rupanya : ternyata memang dari dulu Fatimah sudah mempunyai perasaan dengan Ali dan menunggu Ali untuk melamarnya. Begitu juga dengan Ali, dari dulu dia juga sudah mempunyai perasaan dengan Fatimah,. Tapi mereka berdua sabar menyembunyikan perasaan itu sampai saat nya tiba, sampai saatnya ijab Kabul disahkan . Wah..wah.. mereka hebat yaaa (harus kita contoh nich teman-teman). Walaupun Ali sudah merasakan kekecewaan 3 kali mendahulukan orang lain, akhirnya kekecewaan itu terbayar juga.

Yups, sekali lagi, kata-kata ini pasti akan muncul dalam benak teman-teman >>> “Jodoh memang tidak kemana”


        Dari cerita itu, lebih memperjelas lagi kan bahwa “Cinta itu, mengambil kesempatan , atau mempersilakan yang lain”

Cinta adalah hal fitrah yang tentu saja dimiliki oleh setiap orang,
namun bagaimanakah membingkai perasaan tersebut
agar bukan Cinta yang mengendalikan Diri kita
Tetapi Diri kita yang mengendalikan Cinta

Mungkin cukup sulit menemukan teladan dalam hal tersebut
disekitar kita saat ini
Walaupun bukan tidak ada..
barangkali, kita saja yang tidak mengetahuinya

Dan inilah kisah dari Khalifah ke-4, Suami dari Putri kesayangan Rasulullah
tentang membingkai perasaan dan
Bertanggung jawab akan perasaan tersebut
“Bukan janj-janji”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.
Dengan menggadaikan baju besinya.
Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan sahabat2nya tapi Nabi berkeras agar ia membayar bakinya
Itu hutang.

Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah.
Dengan keberanian untuk menikah.
Sekarang.
Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati.,
“Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang.
Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggungjawab.
Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Seperti ’Ali.
Ia mempersilakan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah pengorbanan.
Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi,

dalam suatu riwayat dikisahkan

bahwa suatu hari (setelah mereka menikah)

Fathimah berkata kepada ‘Ali,

“Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda”
‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu”

Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”

--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ayahanda yang penyayang terus merenung puterinya dengan pandangan kasih sayang, "Puteriku, mahukah engkau kuajarkan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang kau pinta itu?"

"Tentu sekali ya Rasulullah," jawab Siti Fatimah kegirangan.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "Jibril telah mengajarku beberapa kalimah. Setiap kali selesai sembahyang, hendaklah membaca 'Subhanallah' sepuluh kali, 'Alhamdulillah' sepuluh kali dan 'Allahu Akbar' sepuluh kali. Kemudian ketika hendak tidur baca 'Subhanallah', 'Alhamdulillah' dan 'Allahu Akbar' ini sebanyak tiga puluh tiga kali."

Ternyata amalan itu telah memberi kesan kepada Siti Fatimah. Semua kerja rumah dapat dilaksanakan dengan mudah dan sempurna meskipun tanpa pembantu rumah.

Itulah hadiah istimewa dari Allah buat hamba-hamba yang hatinya sentiasa mengingatiNya.

=========================================
1st...
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat....


2nd...
Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya...


3rd...
Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

        Semoga kisah khalifah Ali ini bisa kita teladani.Aamiin.

Selasa, 13 September 2011

Musik boleh metal,tapi jiwa tetap ISLAM


Jangan ngaku metal kalau nggak shalat. Ketika Islam berfungsi sebagai kendali, banyak anak metal di komunitas underground menjemput hidayah. Mereka tidak menolak modernisasi, tapi menjegal westernisasi. Ada komitmen yang dibangun: No Drugs, No Alcohol, No Violence dan No Free sex. Just Metal.
Menjelang malam, anak-anak metal itu sudah berkumpul di pelataran Gedung Rossi Musik di Jalan Fatmawati No. 30, Jakarta Selatan untuk menyaksikan pagelaran musik sekaligus penggalangan dana untuk Palestina. Konser musik yang bertajuk ”Urban Garage Festival” itu diorganize oleh Berandalan Puritan dan Mogers Infantry.
Saat menanti band kesayangan mereka, azan Maghrib berkumandang. Siapa nyana, sebagian dari mereka berbondong-bondong menuju masjid, lalu segera membasuh wajah-wajah kumel itu dengan air wudhu. Sabili turut menyaksikan, anak-anak metal tengah merapikan shaftnya untuk shalat berjamaah. ”Sebagian dari mereka, anak-anak Mogers, sebuah komunitas fans band metal legendaris Purgatory,” kata salah seorang komunitas underground.
Performance mereka memang eksentrik dan tampak cuek. Sekilas, seperti individu yang tak mau tahu dengan urusan agama. Tapi, lihatlah paradigma baru anak Metal hari ini. Mereka mulai bangga menunjukkan jatidirinya sebagai Muslim sejati. Jangan ngaku anak metal, kalau nggak shalat. Jangan sok metal kalau masih suka mabok (ngedrugs) dan free sex. ”Menyedihkan banget, jika anak metal malu menunjukkan identitasnya sebagai muslim. Karena gengsi, mau shalat saja, bilangnya mau ke depan untuk beli rokok,” tukas Bonty, salah seorang personil Purgatory.
Tak dipungkiri band metal lahir dari peradaban Barat yang bobrok. Peradaban itu memengaruhi jiwa anak-anak muda yang gelap. Mereka larut menjadi individu yang bingung menatap masa depan, tertipu oleh propaganda sesat kaum laknat, hingga menjadi pemuja setan, syahwat, anti kemapanan, bahkan mengabaikan Tuhan. Ketika hidayah Islam datang, pondasi itu terguncang. Anak-anak Metal yang terlahir sebagai Muslim, mulai menyadari, bahwa mereka secara kultur dan karakter sudah dijadikan ’hamba-hamba sahaya’ yang terjajah. Eksistensi tumbuh, ketika Islam menjadi ideologi, kesadaran baru dan amaliyah mereka.
Adalah Tengkorak dan Purgatory, dua kelompok band metal paling senior dan legendaris di kalangan underground, tampil sebagai pendobrak yang mengguncang ideologi band cadas keluar dari pakemnya, yakni dengan menjadikan Islam sebagai nafas hidup mereka. Eksistensi ”sang legend” sebagai agen perubahan menginspirasi generasi metal selanjutnya. Sebut saja seperti The Roots of Madinah, Punk Muslim, AfterMath, Keep it True, Stranded, Qishash, Salameh Hamzah, dan Barat Hijau Indonesia.
Kesatuan visi inilah yang mempersaudarakan mereka sebagai komunitas yang unik dan berbeda. Dari sinilah tercetus “Urban Garage Festival”, semacam forum mereka untuk berkumpul dan berkreasi, bahkan berdakwah dengan pendekatan yang mereka pahami. Dalam kapasitas itu, mereka tak sekadar tampil sebagai musisi beraliran cadas, melainkan juga sebagai dai.
Kontra Kultur
Teman-teman aktivis harokah mungkin merasa aneh dengan fenomena baru ini. Namun, bagi yang belum mengenal komunitas ini dari dekat, jangan su’udzan dulu, apalagi melempar tuduhan anak metal melecehkan Islam. Sedikit yang tahu, bahwa anak metal pun berdakwah. Komunitas metal ini memang berbeda dengan komunitas metal yang lain. Mereka berniat untuk membentuk genre baru ke arah yang lebih Islami. Pertanyaan pun muncul, ini kebangkitan atau degradasi? Kok Muslim ”bermetal-metal ria”?
Wawan, vokalis Aftermath, pernah berkonsultasi dengan rekan seniornya seputar stigma buruk yang dilekatkan pada musisi metal muslim. ”Setelah berkonsultasi, saya mendapat jawaban, bahwa segala sesuatu bergantung niatnya. Saya melihat fenomena ini sangat positif. Apakah salah kalau kami mendekati ajaran-ajaran yang mendekati sang Khalik ke arah yang lebih Islami melalui musik? Saya sendiri lahir dari keluarga Muslim,” ungkap Wawan yang juga seorang enginer.
Berangkat sebagai musisi, Wawan mengakui, sebatas inilah kontribusi yang bisa ia berikan untuk sementara waktu. ”Jika hari ini kami memperjuangkan Islam dengan mick dan gitar, kelak kami akan berjihad di jalan Allah dengan pedang dan senjata. Inilah cara kami memberi makan kepada jiwa ini melalui musik. Sebagai Muslim, tentu kami memimpikan tatanan dunia baru, di bawah kepemimpinan Islam dan khilafah,” ujar Wawan bersemangat.
Menurut penggagas Urban Garage Festival, Thufail al Ghifari, yang juga vokalis The Roots of Madinah, kegiatan bermusik ini ingin membangun sebuah kontra-kultur untuk membuktikan, bahwa di komunitas ini ruangnya positif, band-bandnya pun bicara atas dasar Islam. ”Kita berangkat dari seorang Muslim yang punya visi untuk membangun komunitas musisi metal yang jauh dari drugs, alcohol, dan free sex. Inilah niat dan tujuan kami. Kita ingin mengembalikan identitas Indonesia atau ketimuran. Jangan berlagak Amrik. Kita Metal, tapi ada filter, tidak sampai tercerabut ketimuran kita sebagai jatidiri.”
Senada dengan vokalis Tengkorak, Ombat. ”Penjajahan budaya oleh Barat memang lewat musik metal kayak gini, musik underground yang notebene keras dan brutal. Terus terang, saat ngeband, kita banyak lupanya, ya lupa shalat, lupa diri dan segala macam. Tapi, saat kita sadar, tatkala generasi ini menjadi santapan empuk zionis, maka inilah moment untuk mengubah paradigma lama menuju paradigma baru. Ngeband, tapi tetap menjalankan shalat lima waktu, dan rukun Islam lainnya.”
Sejak metal lahir, kata Ombat, propaganda satanisme menjadi momok dan berkembang pesat di seluruh dunia. Ibarat di Medan Perang, jika musuh memerangi dengan senjata, maka harus dilawan dengan senjata. Begitu juga, jika musuh memerangi generasi muda dengan metal, maka kita lawan dengan metal pula. ”Melalui metal, kita bisa lakukan kickback,” kata Ombat.
Bonty, personil Purgatory, berpendapat, dulu walisongo pun menyampaikan pesan dakwah dan syiar Islam dengan menggunakan wayang, sekarang eranya Metal sebagai media. ”Yang jelas, gue prihatin, jika generasi Islam di Timur Tengah malah bermetal ria dengan westernisasi-nya, sedangkan Purgatory justru ingin memanfaatkan Metal.”
Sebagai musisi Muslim, konsep yang diusung Purgatory dalam bermusik cuma satu, yakni Islam. Prisipnya, Islam bukan dibawa ke dalam metal, tapi Islam itu dasar dari semua hal. ”Apapun yang kita lakukan harus berdasarkan Islam. Artinya, ketika bermusik, tidak pake yang haram-haram. Pendekatan dakwah kami, nggak pake setting ala kelompok tarbiyah. Kuncinya adalah silaturahim. Biasanya, suatu komunitas tidak akan kuat, kalau silaturahimnya lemah,” tandas Bonty.
Gitaris Purgatory ini juga mempertanyakan, jika pakem underground itu anti sistem, tapi kenapa mereka membuat sistem sendiri, seolah kalau metal harus mabok. Bagi anak band, awalnya, agama memang dianggap sebagai sesuatu hal yang privacy (pribadi). Komunitas Purgatory yang dinamakan Mogers sendiri, bukan orang-orang hebat dalam beragama. ”Kami lebih tepat disebut orang yang hijrah. Di komunitas ini, kami ingin mengajak agar generasi muda kembali pada Islam, dan mau mempelajari agamanya sendiri. Apa yang kita sampaikan ke public tentang Islam adalah apa yang kita tahu saja dan sudah dibuktikan. Yang jelas, kita tidak mau melakukan hal yang sia-sia. Kita hanya ingin belajar.”
Pernah ada yang meledek Purgatory dengan pendekatan dakwahnya yang unik. ”Ngapain loh ngajak anak-anak yang sudah berantakan. Padahal untuk menolong orang yang tenggelam itu harus nyemplung. Apalagi pengetahuan agama mereka diakui sangat kurang,” kata Bonty berfalsafah.
Pendekatan yang sama dilakukan Ahmad Zaki yang selama ini membina komunitas Punk Muslim. ”Ketika fase jemu, bingung itu menyatu, saya mencoba memberikan banyak alternatif dan energi positif. Ternyata mereka welcome dan punya keinginan untuk bertobat dan merubah diri. Sebagian ada yang berubah drastis 80 derajat, ada juga yang baru 45-60 derajat.”
Diakui Zaki, belakangan komunitas Punk Muslim banyak mengislamkan teman-teman punk di jalanan. ”Sejak menjadi Muslim, beberapa diantara mereka, ada yang meninggalkan kebiasaan Mohawk (gaya rambut berdiri) dan piercing (tindik di sejumlah anggota tubuh). Bahkan, diantara mereka, ada yang nekad menghilangkan tato dengan menggunakan soda api atau PK, kendati resikonya bisa merusak kulit mereka,” ungkap Zaki.
Metal pun Berdakwah
Ingin tahu, pendekatan dan model dakwah yang dilakukan komunitas metal yang satu ini? Hasil pengamatan Sabili di sarang underground, komunitas ini memang berbeda. Dalam hal performance, kaos-kaos distro yang mereka yang kenakan, terutama beberapa vokalis-nya, justru menunjukkan militansi dengan identitas keislamannya. Misalnya saja, kata Allahu Akbar (dalam bahasa Arab) pada kaos mereka. Pekikan Allahu Akbar mewarnai ”Urban Garage Festival” malam itu.
Lirik-lirik yang mereka muntahkan lewat musik cadas ini sebagian besar mengecam sikap barbar Barat dan zionis Israel terhadap umat Islam di Palestina dan dunia Islam. Satu hal, mereka sangat membenci kemunafikan. Beberapa lirik mereka, ada yang terkesan ”utopia”, sebuah kerinduan tentang khilafah.
Juga lihatlah teaterikal yang diperlihatkan personil Purgatory dengan topeng ”monsternya” di atas panggung. Band metal mana yang melafadzkan kalimah syahadat, selain yang satu ini. Asyhadualla, ilaaha illallah. Waasyhadu anna Muhammadarrasulullah. Nyeleneh? Tidak. Mereka tidak sedang melecehkan Islam. Inilah cara dakwah dan syiar Islam yang mereka pahami. Bukan hanya syahadat, mereka mengajak fans yang hadir untuk bersholawat.
Yang menarik, Ombat, sang vokalis band Tengkorak, tak sungkan mengajak istrinya yang berjilbab bergabung di komunitas ini. Saat berinteraksi, Ombat, bukan sekadar growling (suara mengeram khas Metal), tapi layaknya dai yang berdakwah. Ia mengajak anak-anak muda untuk bangga sebagai muslim dan tidak meninggalkan shalat lima waktu. Bahkan ia mengajak komunitasnya untuk mengubah posisi tangan metal dengan telunjuk ke arah langit, sebagai simbol ketauhidan.
Awalnya mungkin ikut-ikutan, tapi kelak kesadaran baru itu tumbuh. Ombat yakin, komunitas metal muslim ini akan menjadi sebuah jamaah yang besar. ”Ini semua karena hidayah dari Allah. Sesama Muslim, sejatinya saling menasehati. Tak soal, jika bermula dari skala kecil lebih dulu. Jika berangkat dari yang besar, biasanya cepat tenggelam. Tapi kalau dipupuk, dari kecil hingga besar susah punahnya. Inilah tonggak awal, sejarah baru dari sebuah komunitas yang menjadikan Islam sebagai ideologi. Harus diakui, dulu kita pernah jadi korbannya, maka hari ini kita tunjukkan, kita metal, tapi tetap punya otak, punya akidah,” ujar lelaki botak yang berprofesi sebagai pengacara dari LBH Muslim ini.
Bagaimanapun, harokah Islam harus menghargai ”ijthad” anak-anak metal yang ingin menjadikan Islam sebagai pondasi mereka dalam bermusik. Apalagi, ketika sebagian uang dari setiap lembar tiket yang terjual dalam konser musik itu disumbangkan untuk perjuangan rakyat Palestina. Subhanallah. Siapa nyana, dibalik ruang yang pengap, masih ada yang menyerukan kebajikan, kendati dengan cara mereka sendiri. Tak terbayangkan, di sebuah komunitas underground, ada pelita yang menerangi jiwa-jiwa yang gelap. Ketika Islam menjadi nafas hidupnya, militansi mereka tak kalah dahsyat dengan aktivis harokah yang ada. Insya Allah.